Minggu, 26 Mei 2013

Can't Get Enough of You

Aku menunggunya usai senja itu, lelaki yang ku sukai hampir sembilan tahun lamanya. Namanya Andri. Aku bertemu dengannya pertama kali di sebuah lapangan voli pada suatu kegiatan ekstrakurikuler. Aku suka dia, mukanya jahil, sedikit mesum, giginya berantakan dan bertaring, senyumnya menawan, suaranya seksi dan matanya yang tajam. Dia orang romantis pertama yang pernah aku lihat seumur hidupku. Mungkin dia enggak pernah ingat hal-hal ini : dia memberikan cokelat dan mawar palsu saat valentine pada pacarnya, walaupun mawarnya di buang ke tempat sampah di depan mataku atau saat dia menjenguk sahabatku yang sakit cacar atau saat dia mengirimiku SMS yang mengkhawatirkan sahabatku hanya karena handphone-nya mati atau sewaktu dia cerita dia terlihat menderita ketika berantem sama pacar-pacarnya, jangankan pada saat itu, sampai sekarang ini aja aku masih merasa iri :)
Sudah beberapa tahun dari terakhir kali ia ke rumahku. Beberapa bagian berubah, namun ruang tamuku--tempat dimana ia bercerita, dapurku--dimana kita makan berdua dengan oseng-oseng putren ibuku, dan terasku--dimana ia pertama kali menggenggam tanganku, tidak berubah. Setiap inci kenanganku dan dia sama sekali tidak berubah. Dan malam itu, mungkin ia tidak tahu betapa excitednya aku bertemu dengannya.  Dia memakai baju dengan gambar seperti logo Timberland dengan tulisan Efek Rumah Kaca, celana kolor warna khaki seperti punya papah, sandal jepit andalan, dan motor trail dengan helm fullface. He is definitely so hot!!!! Ya, Tuhan, tampar aku, aku sudah punya pacar!!!!
Ini jelas-jelas a guilty pleasure moment and I can't handle his power of hotness, so entah nervous atau bagaimana, aku sok-sok menawarkan kopi, padahal aku tidak tahu cara membuat kopi yang enak. Aku rasa aku ini memang konyol. Aku mulai mengobrol dengannya setelah itu, dengan orang yang menjadikanku diri sendiri, dengan orang yang membuatku nyaman, dengan orang yang tidak pernah membuatku bosan, dengan orang yang selalu menginspirasiku, dengan orang yang kusukai. Kedatangannya benar-benar seperti penawar rindu untukku, selalu seperti itu. Aku selalu ingin memeluknya, mengidentifikasi bau tubuhnya, menyimpannya dalam memoriku, dan mengingatnya setiap aku merindukannya, tapi aku tak pernah bisa melakukan itu. Dunia tahu, itu kesalahan sekalipun aku sangat menginginkannya.
Aku memang tidak pandai membuat kopi, mungkin rasanya Subhanallah, mungkin aku memang lebay, dan mungkin jika kita ini adalah kesalahan yang pernah diciptakan, mungkin kita bisa sedikit meluangkan waktu untuk duduk di kursi yang sama, di ruangan yang sama, dengan secangkir kopi dan susu, saling bercerita dan saling bercinta, suatu hari nanti.

Selamat ulang tahun ke-21, semoga lain waktu kita dipertemukan di titik tengah yang sama.